Istri yang membahagiakan ( Wife happy )
Assalamualaikum Wr.Wb
Kebahagiaan
rumah tangga yang menjadi tujuan setiap keluarga terbentuk di atas beberapa faktor, yang penting adalah
faktor anggota keluarg. Mereka inilah faktor dan aktor pencipta kebahagiaan
dalam rimah tangga atau, faktor yang paling berperan besar dalam perkara ini
adalah istro, karena dia adalah ratu rujukan suami dan tempat kembali anak-anak
"Um' yang berarti induk tempat kembali
Sebagai
pemeran utama dalam punggung rumah tangga, karena perannya yang cukup
signifikan di dalamnya maka istri harus membekali diri dengan sifat-sifat dan
kepribadian-kepribadian sehingga denganya dia bisa mengemban tugas dan
memerankan perannya sebaik mungkin, dengan itu maka kondisi yang membahgiakan
dan stuasi yang menentramkan di dalam rumah akan terwujud.
- Mengetahaui Skala Prioritas
Dunia memang luas dan
lapang, namun tidak dengan kehidupan, yang akhir ini, selapng dan seluas apapun
tetap terbatas, ada tembok-tembok yang membatasi, ada rambu-rambu yang
mengekang, maka pada saat yang sama tuntutan dan hajat kehidupan terus datang
silih berganti seakan tidak akan pernah berhenti, kondisi ini mau tidak mau,
berkonsekuensi kepada sikap memilah skala prioritas, mendahulukan yang lebih
penting dan seterusnya.
sebagai
ikon rumah tangga, istri tentu mengetahui benar keterbatasan rumah tangga di
berbagai sisi kehidupan, keterbatasan finansial dan ekonomi misalnya, sebesar
apapun penghasilan suami plus penghasilan istri (jika istri bekerja),tetpa ada
atap yang membatasi, ada ruang yang menyekat, tetap ada hal-hal yang tidak
terjangkau oleh uang hasil usaha mereka berdua, ditambah dengan jiwa manusia
teidak pernah berhentik keinginan, keadaannya salalu berkata. "Adakah
Tambahan", maka sebagai istri yang membahagiakan, dia harus mengetahui
dengtan prinsip dasar ini, mendahulukan perkara yang tingkat urgensinya
tertinggi kemudian setelah dan seterusnya.
Keterbatasan
salam hubunga di antara suami dan istri, mungkin karena latar belakang keduanya
yang bebeda, tingkat pendidikan yang berbeda, keluarga yang berbeda, waktu yang
tersedia untuk berdua minim, semua itu membuat hubungan suami istri serba
terbatas, namun hal ini bukan pengahalang yang berarti, selama istri memahami
kaidah prioritas ini
Istri
yang baik adalah wabinta yang mengetahui tatana prioritas dengan baik, dalam
tataran hubungan suami istri, secara emosinal dan fisik, dalam tatanan rumah
tangga, secara fprmalitas dan etika, ia menempati seretan naomor wahid
- Realistis Dalam Menuntut
Di
hari-hari pertama pernikahan, biasanya dalam bank otang yang menjalani tersusun
rencana-rencana yang berhak diwujudkan, tertata target-target yang hendak
dibuktikan. Umum, limrah, dan jamak kata orang, hidup ini memang berharap,
karena berharap kita bisa tetap eksis hidup dengan berbagai macam situasi dan
kondisinya. demikian pula sebuah rumah tangga. Tahun pertama harus memiliki
anu. Tahun kedua harus memilik ini, Tahun ketiga, ke empat, dan seterusnya.
Sekali
lagi wajar selam itu masih realistis dan soal harapan dan ambisi biasanya ostri
jadi motornya. dalam sebuah ungkapan dikatakan " Memang tidak semua
wanita, karena ini hanya sebuah ungkapan dan tidak ada ungkapan yang general
namun dalam batas-batas tetentu ada sisi kebenarannya, karena tidak jarang kita
milhat beberapa orang suami yang banting tulang dan pera keringat6 demi kejar
storan yang telah di patok istrinya.
Maka
alangkah bijaknya jika dalan menuntut dan mencanangkan target memperhatikan
realita dan kapasitas suami, jika sebuah harapan kadung digantung tinggi, tentu
sakitnya lebih bukan ?
Sebagia
istri memaksa suami menulusuri jalan-jalan yang berduri dan berkelok-kelok,
dimana dia tidak meguasainya. jika suami mengangkat tangan tanda tidak mampu
mewujudkan sebagian dari tuntunya, maka istri bertiak mengeluh. Hal ini, sesuai
dengan kehidupan rumah tangga kepada jalan buntu selanjutnya yang muncul adalah
perselisihan, jika ia menyentuh dasar kehidupan, maka bisa berakibat keruntuhan
Seorang
istri shalihah selalu mendahulukan akalnya, dia tidak membuat lelah suaminya
dengan tuntutan-tuntutan yang irasional, tidak membebani di luar kemampuannya
dan tidak memberatkan pundaknya dengan permintaan-permintaan semi memenuhi
keinginan-keinginan semata.
Salah
satu contoh yang jarang di temukan yang terjadi dalam sejarah tentang
keteladanan sebagai istri yang begitu memperhatikan keadaan suami tabpa batas
walalu pun hal tersebut berarti mengirbankan kemashalatannya sendiri adalah apa
yang telah di riwayatkan oleh kita-kitab atg-Thabaqat tentang Fatimah- Azahra
pada saat dia suaminya ali bin abu Thalib mengalami kesulitan hidup yang
membuatnya bermalam semalam tiga malam dalam keadaan lapar, pada saat ali
melihatnya pucat, dia bertanya? " Ada apa denganmu wahai Fatimah?"
Dia menjawab " Telah tiga malam ini kita tdiak memiliki apapun di rumah
". Dia menjawab " pada malam pernikahan bapakku berkata padaku,' Hai
Fatimah, kalau Ali pulang membawa sesuatu makanlah, Kalau tidak maka jangan
memintanya."
- Mental Kaya
Mental
kaya dalam agama dikenal dengan istilah qana'ah rela dengan apa yang Allah bagi
sehingga tidak menengok dan berharap apa yamg ada di tangan orang lain. Kaya
bukan kaya dengan harta benda namiun kaya adalah kaya hati, artinya hati merasa
cukup sebanyak apapun harta seseorang kalau belum merasa cukup maka dia telah
fakir. Kata fakir dalam bahsa arab beararti memerlukan jadi klau seseorang
masih memerlukan{ Baca : berharap dengan menggantungkan diri} kepada apa yang
di miliki orang lain tanpa berusaha maka dia adalah fakir alias miskin.
Kebahgiaan rumah tangga bergantung kepada perasaan
seorang istri dalam skala lebih besar dari pada yang lain, jika istri tidak
bermental kay, maka dia akan slalu measa kekurangan akibatnya dia akan mengeluh
kemana-mana dengan kekurangannya. Mentalnya dalah sengsara, mental miskin,
minim bersyukur, memposisikan diri sebagai orang miskin sehingga seola-olah
dirinya patut di zakat
Padalah
seorang wanita bisa saja memiliki segala keutamaan di kolong langit ini, akan
tetapi keutamaan di alangit ini tidka ada nilai dan harganya jika bersangkutan
mempunyai tabiat sengsara dan mental miskinm kedua tabiat ini bagi wabita
menyebabkan kesengsaraan bagi suami dan kenestapan bagi rumah tangga.
JIka istri mental kaya maka keluarga akan merasa
kaya dan cukup. ini menciptakan kebahiaan JIka istri bermental meralat maka
yang tercipta di dalam rumah adalah iklim melarat dan ini menyengsarakan.
Wassalamualaikum Wr.Wb
0 Response to "Cara Istri yang membahagiakan (Wife happy)"
Post a Comment